Mas Ippho Santosa berkata yang intinya:
“Otak kanan adalah gerbangnya otak bawah sadar. Otak kanan cenderung
membayangkan; apa yang Anda bayangkan berulang-ulang akan masuk ke dalam alam
bawah sadar Anda“. Ketahuilah, bahwa sesuatu yang masuk ke alam bawah sadar
akan berjalan secara otomatis tanpa perlu dipikirkan.
Jika tadi dikatakan bahwa otak kanan itu cenderung membayangkan, maka otak
kiri cenderung memikirkan. Percaya atau tidak, menghafal Al-Quran dengan cara
memikirkan lafaz-lafaznya tidak semudah menghafal dengan memahami maknanya
(mentadabburi) terlebih dahulu.
Beberapa Perangkat Mentadabburi Al-Quran:
- Al-Quran terjemah
- Buku Asbabun Nuzul (Sebab-sebab diturunkannya ayat), dan
- Buku Tafsir Al-Quran
Mentadabburi berbeda dengan menafsirkan; letak perbedaannya ada pada
pengetahuan kita tentang makna. Tadabbur adalah mengetahui makna Al-Quran secara
ijmaliy (global), sedangkan Tafsir secara tafshiliy
(terperinci), itu yang pertama. Kedua, menafsirkan
membutuhkan syarat-syarat khusus, supaya tidak melampui maksud Allah Swt yang
tersirat di dalam ayat. Adapun tadabbur tidak membutuhkan syarat-syarat khusus,
cukup memahami makna ayat secara umum dengan husnul qasdi (itikad yang
benar dan baik). Allah berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan
Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”.
Ketiga, seringkali tafsir dimaksudkan hanya untuk
sekedar mengetahui makna, sedangkan tadabbur dimaksudkan untuk mengambil manfaat
dari ayat dan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan agar berbuah perangai yang
baik, amal shalih dan keimanan.
Salah satu contoh bentuk tadabbur ayat Al-Quran:
Di Al-Quran banyak sekali terdapat potongan ayat “Innallaha
yuhibb…” “innallaha laa yuhibb…” yang berarti “Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang…” dan “Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang…”. Anda dapat mengambil secarik kertas dan
menulis ayat-ayat tersebut setiap kali Anda mendapatkannya. Bagian depan kertas
Anda tulis dengan ayat “Sesungguhnya Allah menyukai…” dan bagian yang
lain Anda tulis dengan kebalikannya.
Tempel kertas itu di dinding kamar atau rumah Anda, dan pastikan kertas itu
menjadi sarana untuk evaluasi diri. Apakah hari ini kita sudah melakukan apa
yang Allah sukai? Dan apakah hari ini kita sudah menjauhi apa yang Allah tidak
sukai?
Dengan cara tersebut, semoga Al-Quran tidak hanya menjadi penghias suara
kita, tapi juga dapat menjadi amal nyata. Kenapa mesti ada amal nyatanya?
Sekarang saya ingin bertanya, dapatkah Anda membayangkan rumah yang penuh tikus?
Bagaimana cara mengusir tikus-tikus itu? Banyak cara, salah satunya dengan
menempel poster kucing dimana-mana. Anda yakin dengan cara itu berhasil? Mungkin
saja, sekali atau dua kali tikus akan takut, tapi kemudian Anda akan dapati
tikus itu menari-nari di atas poster kucing, kenapa? Dan saya yakin Anda tahu
jawabannya.
Sesungguhnya setan tidak pernah takut kepada banyaknya hafalan seorang
muslim! Tapi setan hanya takut dengan hafalan yang berwujud ke dalam keseharian
seorang muslim. Pengaruhnya terlihat dalam tutur kata dan tingkah lakunya.
Muslim seperti inilah yang ditakuti setan dan mengancam eksistensinya. Inilah
salah satu alasan kenapa tadabbur itu penting, alasan lainnya adalah, agar
hafalan kita menjadi lebih kuat.
Pintu Masuk Lain
Ada pintu lain untuk masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Apa itu? Dan saya
yakin Anda sudah tahu! Pengulangan! Yang pengulangan! Pengulangan dalam
menghafal Al-Quran biasa dikenal dengan istilah Muraja’ah.
Banyak orang tergesa-gesa menghafal Al-Quran dengan harapan supaya cepat
hafal semuanya. Hal ini sulit, kenapa? Karena memang aturan otak memungkinkan
seseorang untuk cepat lupa, Sebagian besar memori menghilang dalam hitungan
detik. Di sinilah pentingnya Muraja’ah atau mengulang. Semakin
seseorang mengulang, semakin mudah dia melantunkan bacaan Al-Qurannya, tanpa
perlu berfikir “bagaimana bunyi ayat selanjutnya?”
Hal ini dapat dicontohkan dengan seorang anak yang berusaha belajar sepeda.
Pada mulanya ia akan merasa kesulitan, ia akan sering melihat pedal sepedanya,
apakah kakinya pas berada di atas pedal atau tidak, begitu pula ketika
mengendalikan stang sepeda, mulanya ia akan merasa kaku. Seiring berjalannya
waktu, ia tidak perlu lagi repot melihat ini dan itu, semuanya berjalan secara
otomatis. Cara mengemudikan sepeda sudah tersimpan di dalam alam bawah sadarnya.
Kaki dan tangannya bergerak secara otomatis tanpa perlu dipikir lagi.
Jangan remehkan pengulangan! Tahukah Anda bahwa Islam mengajarkan kita bahwa
pengulangan itu penting? Rasulullah Saw bersabda: “Jangan menganggap remeh
terhadap perbuatan sekecil apa pun, sekalipun hanya menyalami saudaramu dengan
wajah yang cerah.” (HR. Muslim)
Dalam surat 24 ayat 15 yang artinya “Dan kamu menganggapnya ringan saja,
padahal dia pada posisi Allah adalah besar”.
Perhatikan juga dzikir kita; kalimat Tasbih dan sebagainya. Kenapa kita
diperintah untuk mengucapkannya berulang-ulang? Pasti ada hikmahnya bukan?
Seberapa banyak kita mengulang lebih penting dari seberapa banyak kita
menjejal pengetahuan ke dalam otak, karena manusia berubah bukan karena
banyaknya pengetahuan. Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang, dan
Aristoteles menegaskan lewat ungkapannya “keunggulan adalah sebuah kebiasaan”,
dan kebiasaan tidak lain adalah hasil dari pengulangan. Karenanya ada pepatah
“pratice make perfect“, bisa karena terbiasa.
Kesimpulannya, supaya kita terbiasa, kita butuh pengulangan dalam hal apapun
itu, termasuk dalam menghafal Al-Quran. Dari sini sangat tidak diharapkan jika
ada seorang muslim yang berkata “Saya sudah tahu”. Pengulangan akan membuat Anda
bertindak. Pengulangan juga menambah pemahaman baru. Jadi hal terpenting adalah
bukan sudah tahu atau tidaknya, tapi mau atau tidak diingatkan (mengulang
kembali).
Tentukanlah visi Anda dari menghafal Al-Quran, singkatnya adalah, tanyakan
pada diri Anda “Mau diapakan Al-Qurannya kalau sudah di hapal?”.
Ingatlah bahwa Setiap perkataan dimaksudkan untuk dipahami makna-maknanya, bukan
untuk sekedar dihafal, dan Al-Quran lebih utama untuk dipahami (ditadabburi)
makna ayat-ayatnya sebelum perkataan lainnya. Terakhir, Jangan jadikan Al-Quran
hanya sebagai buku yang banyak beredar, namun jarang
dipahami!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar